Pages

Senin, 18 Februari 2013

Penaklukan Konstantinopel 1453 (I)

Rasulullah bersabda: "Konstantinopel akan ditaklukkan. Rajanya adalah sebaik-baik raja dan tentaranya adalah sebaik-baik tentara."

Semenjak kematian Sultan Murad II, Kekaisaran Turki Utsmani dipimpin oleh Sultan Mehmed II putra ketiga Sultan Murad II. Saat ia dinobatkan sebagai sultan untuk kedua kalinya usianya masih muda, 19 tahun. Oleh para bangsawan Turki ia begitu diragukan untuk bisa memimpin negara Utsmani seperti ayahnya dahulu. Sikapnya yang tidak sabaran dan cenderung terlihat ceroboh membuatnya kurang berwibawa sebagai seorang sultan. Apalagi ia dulu pernah digulingkan oleh korps Yenissari saat menjabat sultan lima tahun yang lalu dan digantikan oleh ayahnya kembali.
Sejak muda, Mehmed sangat ahli dalam ilmu pengetahuan agama serta sains. Ketertarikannya pada sains dilandasi dari keinginannya menciptakan teknologi persenjataan handal untuk menaklukkan Konstantinopel di masa depan. Di bidang agama ia dididik oleh Syaikh Akşemsettin (Syamsuddin, seorang keturunan Abu Bakar Ash-Shiddiq). Gurunya tersebut sangat berkharisma, sehingga membuat Mehmed cepat menyerap seluruh ilmu yang diajarkan gurunya tersebut. Mehmed juga telah mampu menguasai tujuh bahasa di masa mudanya.
Mehmed pernah naik takhta pada usia 12 tahun menggantikan ayahnya yang pensiun, namun hanya bertahan selama dua setengah tahun setelah dia dianggap kurang berpikir dewasa sebagai pemimpin negara besar dengan musuh-musuh yang kuat. Ia kemudian memaksa ayahnya untuk menduduki takhta kembali. Bahkan ia berkata pada ayahnya sebagai paksaan untuk menduduki takhtanya kembali "Jika Anda sultan, pimpinlah pasukan Anda. Jika saya sultan saya meminta anda memimpin pasukan saya."
Setelah Murad kembali naik takhta ia segera memobilisasi pasukannya di Eropa dan merebut Kosovo. Ia juga mengalahkan putra Timur Lenk di Anatolia untuk mendapatkan kontrol seluruh wilayah Turki. Hingga kemudian perjuangannya terhenti saat terbaring sakit dan kemudian meninggal pada tahun 1951.
Bangsa Yunani menyambut gembira kematian "Sang Singa Turki". Mimpi buruk yang pernah mereka rasakan ketika Murad II membombardir benteng Konstantinopel namun pulang dengan kegagalan terbayar sudah dengan kematiannya. Konstantin XI, Kaisar Byzantium bahkan menyiapkan seorang "sultan boneka" Orhan, saudara sepupu Mehmed untuk melakukan suksesi kepemimpinan di tubuh Kekaisaran Utsmani yang sedang bangkit.
Byzantium meminta upeti pada Mehmed dengan dalih biaya perawatan Orhan sebesar 100.000 keping emas tiap tahunnya. Mehmed pun menyetujuinya sebagai upaya perdamaian dengan kerajaan-kerajaan Eropa sehingga ia bisa dengan leluasa menyelesaikan masalahnya di Anatolia untuk menghabisi Keemiran Karaman yang menjadi musuh Utsmani sejak seperempat abad.
Setelah kemenangannya pada beberapa pertempuran di Anatolia dan mengalahkan Keemiran Karaman, Sultan Mehmed II mempersiapkan serangannya ke Eropa. Diantara wilayah yang berhasil ditaklukannya di Eropa adalah Serbia.
Serangan Mehmed ke wilayah Balkan menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran Byzantium. Mereka mulai memutar otak untuk mencegah Mehmed semakin mempersempit wilayahnya atau bahkan yang terburuk menaklukkan Konstantinopel. Kemudian mereka memutuskan untuk menaikkan upeti menjadi 300.000 keping emas tiap tahunnya sebagai bukti bahwa Kekaisaran Utsmani setia dengan perjanjian damainya. Walaupun Mehmed agak keberatan ia tetap menyetujuinya.
Memang sejak muda Mehmed sangat ingin menaklukkan Konstantinopel. Ia sangat gemar mempelajari hadits rasul terutama tentang penaklukkan Konstantinopel. Inilah yang sangat menginspirasi dirinya sejak lama. Selain itu kegagalan umat Islam sejak zaman Khilafah Umayyah hingga yang terakhir adalah ayahnya dalam merebut Kota Konstantinopel membuatnya sangat bergairah untuk menaklukkan kota bersejarah itu.

0 komentar:

Posting Komentar